Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada hari Senin, di bulan Rabi’ul Awwal, tahun Gajah (bertepatan dengan tahun 571 M), di kota Makkah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan dari suku Quraisy, yaitu suku yang paling terhormat dan terpandang di tengah masyarakat Arab pada waktu itu, dan Bani Hasyim, anak suku yang juga paling terhormat dalam suku Quraisy.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir dalam keadaan yatim, karena ayah beliau; Abdullah telah meninggal ketika ibundanya; Aminah mengandungnya di usia dua bulan. Setelah melahirkannya, sang ibu segera membawa bayi Rasulullah kepada kakeknya; Abdul Mutthalib. Betapa gembiranya sang kakek mendengar berita kelahiran cucunya. Lalu dibawanya bayi Rasulullah ke dalam Ka’bah. Beliau berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya.
Setelah sampai pada hari yang ketujuh, kakek Nabi Muhammad saw. memotong kambing dan menggundang orang-orang Quraisy. Setelah mereka selesai makan, mereka bertanya, “Wahai ‘Abdul Muthallib, siapa nama anak kamu yang karenanya kamu memanggil kami?” ‘Abdul Muthallib berkata, “Saya namakan dia Muhammad”. Mereka bertanya lagi, “Bagaimana kamu menamakan anakmu dengan nama yang bukan nama dari kakek kamu dan juga bukan nama yang dikenal pada kaummu?”. ‘Abdul Muthallib berkata, “Saya berharap penduduk bumi memujinya dan penduduk langitpun memujinya.” (Muhammad berarti yang terpuji).
Nama Muhammad adalah nama langka di kalangan Arab Jahiliyah, kecuali beberapa orang tua yang mengetahui bahwa Nabi akhir zaman adalah bernama Muhammad dan berharap anaknya menjadi nabi. Allah Ta’ala menjaga setiap orang yang bernama Muhammad pada waktu itu dari mengaku sebagai nabi, atau dari seseorang yang menganggapnya sebagai nabi.
Semasa Rasulullah bayi, selain oleh ibunya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam disusukan juga oleh Tsuwaibah; budak Abu Lahab. Sebagaimana adat kebiasaan masyarakat Arab perkotaan pada waktu itu, Ibunda Rasulullah saw. mencari wanita pedesaan untuk menyusui putranya. Maka terpilihlah seorang wanita yang bernama Halimah binti Abi Dzu’aib dari suku Sa’ad bin Bakar, yang kemudian lebih dikenal dengan panggilan Halimah as-Sa’diyah.
Peristiwa Pembelahan Dada (Syaqqus Shadr)
Pada saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berusia 5 tahun, dan saat beliau masih dalam perawatan Halimah as-Sa’diyah di perkampungan Bani Sa’ad, terjadilah peristiwa besar yang sekaligus menunjukkan tanda-tanda kenabiannya kelak. Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah Pembelahan Dada (Syaqqus Shadr).
Suatu hari, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba datang malaikat Jibril menghampiri Rasulullah, lalu beliau dibaringkan, kemudian dadanya dibelah, lalu hatinya di ambil selanjutnya dikeluarkan segumpal darah darinya, seraya berkata: “Inilah bagian setan yang ada padamu.” Kemudian hati tersebut dicuci di bejana emas dengan air Zam-Zam oleh malaikan Jibril, setelah itu dikembalikan ke tempat semula.
Sementara itu, teman-teman sepermainan Rasulullah melaporkan kejadian tersebut kepada Halimah seraya berkata: “Muhammad dibunuh… Muhammad dibunuh”. Maka mereka bergegas menghampiri tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semula. Disana mereka mendapatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan pucat pasi.
Setelah kejadian tersebut, Halimah sangat khawatir terhadap keselamatan Nabi Muhammad kecil. Akhirnya tak lama setelah itu, Halimah memutuskan untuk memulangkan Rasulullah kepada ibunya di kota Mekkah. Maka berangkatlah Halimah ke kota Makkah, dan dengan berat hati dikembalikannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ibundanya.
Hikmah Kisah Kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
1. Kabar Gembira
Diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah suatu hal yang sangat menggembirakan karena umat yang sebelumnya dalam keadaan gelap dan penuh kesesatan, akhirnya mendapatkan petunjuk dan hidayah yaitu jalan yang terang benderang. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
وه يذلا ثعب ف ييملْا لوسر مهنم ولتي مهيلع هتايآ هيكزيو م مهملعيو باتكلا ةمكحلاو نإو اوناك
نم لبق فل للَض يبم
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang ummi seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2).
2. Garis Keturunan yang Terhormat
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki silsilah keturunan yang terhormat dan sangat berpengaruh dalam dakwah beliau.
Abu Sufyan pernah menyebutkan perihal garis keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dihadapan Raja Heraklius, “Muhammad memiliki silsilah garis keturunan yang sangat mulia diantara kami.” (HR. Bukhari, 1:5, kitab Bad’u Al-Wahyi, no. 6).
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki garis keturunan yang mulia yang secara lengkap nama beliau adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Muth THalib bin Hasyim bin ‘Abdul Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin
Ma’ad bin Adnan.
3. Hari Kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ada kaitannya dengan ibadah tertentu dan tidak disyariatkan melakukan ibadah tertentu di dalamnya, baik peringatan kelahiran atau yang lainnya. Tanggal 12 Rabiul Awal pun tidak bisa dipastikan sebagai tanggal kelahiran Nabi sebagaimana yang diperingati kaum muslimin saat ini sebagai Maulid Nabi, mengingat terdapat perbedaan pendapat ulama terkait tanggal kelahiran Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam. Ada yang mengatakan tanggal 2, tanggal 8, tanggal 9, tanggal 10, tanggal 12, tanggal 17, atau tanggal 22 Rabi’ul Awwal.
Hari Senin merupakan hari istimewa dalam kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Istimewanya, di hari Senin kita dianjurkan untuk berpuasa. Pada hari Senin, beliau dilahirkan, diangkat menjadi Nabi, dan meninggal dunia.
Jika ada yang mengatakan bahwa puasa di hari Senin sebagai peringatan atas kelahiran Nabi, maka kita jawab bahwa puasa hari Senin bukan karena hari kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, melainkan karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memerintahkannya. Apalagi hari Senin disebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hari diangkatnya
beliau menjadi nabi.
Dari Abu Qatadah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,
كاذ موي تدلو هيف مويو تثعب وأ لزنأ لع هيف
“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.”(HR. Muslim, no. 1162).
Teman-teman, setelah kita mengulik kembali kisah kelahiran nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta hikmah yang terkandung di dalamnya, kira-kir, amalan ibadah apa yang bisa kita perbanyak lakukan di bulan kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam ini? Yap, salah satunya adalah memperbanyak melakukan puasa sunnah di hari Senin, sebagai hari Rasulullah dilahirkan, dan diutus menjadi Nabi.
Sumber:
- https://rumaysho.com/16090-faedah-sirah-nabi-tanggal-lahir-nabi-belum-jelas.html
- https://kisahmuslim.com/1684-kelahiran-nabi-muhammad.html
- https://rumaysho.com/19011-khutbah-jumat-berita-gembira-dengan-maulid-nabi-kelahiran
nabi.html