Karya Inovasi SAsi di Bogor Makers Fair
Ditengah keramaian stand dan sorak pengunjung, alhamdulillah tahun 2025 ini Sekolah Alam Bekasi kembali terlibat dalam Bogor Makers Fair bersama dengan sekolah-sekolah lainnya. Bukan sekadar unjuk karya, di momen ini teman-teman siswa bertemu potensi tebaik dalam dirinya.
Bukan Ajang Kompetisi, Tapi Tempat Menemukan potensi
Bogor Makers Fair memang dikenal sebagai wadah kreativitas dan inovasi dari berbagai kalangan, termasuk pelajar. Sekolah Alam Bekasi melihatnya sebagai ruang tumbuh. Tempat teman-teman siswa belajar bukan hanya membuat sesuatu, tapi membaca dirinya sendiri, apa yang membuat mereka penasaran? Di bidang apa mereka ingin berkontribusi? Apa nilai yang ingin mereka bawa lewat sebuah karya?

Ketika Kuliner dan Teknologi Menjadi Bahasa Ekspresi Diri
Diantara deretan booth yang berwarna-warni, ada dua tim dari Sekolah Alam Bekasi yang membagikan inovasinya.
Yang satu mengusung inovasi kuliner lokal yang dikemas kekinian. Yang satu lagi datang dengan proyek teknologi berbasis sensor. Dua bidang yang berbeda, tapi punya benang merah yang sama, sama-sama lahir dari rasa ingin tahu dan keinginan yang memberi manfaat.
- Banubie – Dari Dapur Mini ke Panggung Inovasi
Tim kuliner datang membawa sesuatu yang tidak biasa. Mereka mengolah bahan lokal yang dianggap “biasa aja” yaitu pisang dan ubi, lalu menyulapnya menjadi produk yang menarik.

Bima, Asa dan Azka menyulap kedua bahan tersebut menjadi produk cookies gluten free dan bebas gula yang enak loh..
Mereka melakukan riset, uji coba resep berkali-kali, sampai akhirnya menemukan formula yang pas. Lalu mereka mendesain kemasan, menemukan nama brand, dan membuat narasi produknya.

Banubie menjadi camilan yang istimewa karena ada cerita tentang menjaga kesehatan, menghargai alam, dan membuat kebiasaan baik jadi lebih menarik.
Alhamdulillah, Banubie masuk kedalam Top 10 JUMP atau 10 inovasi terbaik Bogor Makers Fair 2025. Barakallah teman-teman
2. Naqisawave – Dari Kabel, Sensor, sampai Gagasan Besar
Sementara itu, tim teknologi punya tantangan lain, Naura dan Balqis merakit sebuah alat pendeteksi banjir berbasis panel surya.

Mereka memulai riset sederhana, mengapa banjir masih menjadi masalah rutin di beberapa titik? Dari hasil pengamatan, diskusi, dan data panjang, mereka menyadari bahwa salah satu yang dibutuhkan masyarakat adalah peringatan dini yang murah, mandiri, dan mudah dipahami oleh warga sekitar.
Maka lahirlah ide: membuatan alat deteksi banjir yang bisa membaca ketinggian air secara otomatis dan mengirimkan sinyal peringatan. Energinya? Dari tenaga matahari. Tamah lingkungan, tetap menyala bahkan saat listrik padam.
Dari keunikan ini membuat Naura dan Balqis masuk dalam kategori stand terfavorit dalam pameran. Hebat ya..

Naqisawave sebuah projek kepedulian mereka dengan mewujudkannya secara konkret dari pembelajaran yang penuh makna, menggunakan ilmu untuk membantu sesama.
Pendidikan harus Dekat dengan Kehidupan

Bogor Makers Fair memberi ruang bagi anak-anak untuk tidak hanya tampil, tapi berproses dan bermakna.
Karena pada akhirnya, pendidikan sejati adalah membantu anak untuk mengenali siapa dirinya, apa kekuatannya, dan bagaimana ia bisa memberi manfaat pada sekitarnya. Dengan menyiapkan ruang, waktu, dan kesempatan, agar mereka bisa melihat siapa dirinya, dan tumbuh dari sana, Seperti yang pernah dikatakan oleh Howard Gardner, pakar multiple intelligences:
“Anak-anak bukanlah ember kosong yang harus diisi, tetapi api yang harus dinyalakan”
Dan kadang, proses itu bisa dimulai dari sebuah meja pameran sederhana, di sudut ruang kelas, dengan sebuah semangat dan keyakinan.