Enter your keyword

post

Fatherless Effect: Dampak Ketidakhadiran Ayah di Sekolah

Fatherless Effect: Dampak Ketidakhadiran Ayah di Sekolah

Di Indonesia, isu fatherless atau ketidakhadiran peran ayah dalam tumbuh kembang anak menjadi persoalan yang cukup serius. Data dari United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) pada 2021 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk salah satu negara dengan tingkat fatherlessness yang tinggi di dunia. Artinya, banyak anak-anak yang tumbuh tanpa keterlibatan ayah, baik secara fisik maupun emosional.

Fenomena ini berdampak besar terhadap dunia pendidikan, terutama pada perkembangan karakter dan prestasi anak di sekolah. Anak-anak yang kehilangan figur ayah cenderung memiliki tingkat kepercayaan diri rendah, kesulitan dalam pengendalian emosi, bahkan rentan terhadap masalah sosial.

Ayah, Figur yang Tak Tergantikan

Psikolog keluarga Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto pernah menegaskan, “Kehadiran ayah itu unik dan tidak bisa digantikan oleh siapapun, bahkan oleh ibu sekalipun. Anak butuh merasakan sentuhan, arahan, dan teladan langsung dari ayah.”

Ayah berperan sebagai role model keberanian, kepemimpinan, serta penegas nilai-nilai kehidupan yang akan dibawa anak di sekolah maupun di lingkungannya. Ketika ayah hadir, anak lebih mudah menemukan arah hidup, lebih percaya diri menghadapi tantangan, serta lebih disiplin.

Dampak Fatherless dalam Dunia Pendidikan

Penelitian dari Institute for Family Studies (IFS) tahun 2019 mencatat bahwa siswa dengan keterlibatan ayah yang rendah cenderung memiliki prestasi akademik lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang mendapat dukungan aktif dari ayahnya.

Di sekolah, efek ini terlihat pada anak yang kurang fokus belajar, enggan berkompetisi, hingga kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat. Ketidakhadiran ayah membuat anak mencari figur pengganti di luar rumah, yang tidak selalu membawa pengaruh positif.

Pesan Islam tentang Peran Ayah

Dalam Islam, ayah diposisikan sebagai qawwam (pemimpin) dalam keluarga. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka...”
(QS. An-Nisa: 34)

Rasulullah ﷺ juga menekankan pentingnya tanggung jawab seorang ayah dalam hadist:

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ayat dan hadist ini menegaskan bahwa peran ayah bukan hanya sebatas pencari nafkah, tapi juga pendidik pertama yang menanamkan nilai, kasih sayang, dan arah hidup bagi anak-anaknya.

Sekolah dan Keterlibatan Ayah

Sekolah yang melibatkan ayah dalam proses pendidikan anak, misalnya melalui program parenting, camping ayah, atau kegiatan kolaboratif lainnya, terbukti mampu mengurangi dampak fatherless. Anak merasakan bahwa sekolah dan keluarga berjalan seiring dalam mendidik, sementara ayah pun mendapat ruang untuk lebih dekat dengan anak.

Dengan begitu, pendidikan tidak hanya berhenti pada transfer ilmu di kelas, tetapi menjadi sarana membangun karakter, misi hidup, dan ikatan keluarga yang kuat.

Kesimpulannya, fatherless effect adalah isu serius yang berhubungan langsung dengan prestasi dan karakter anak di sekolah. Ayah perlu lebih hadir, bukan hanya secara fisik tetapi juga emosional. Pendidikan akan lebih bermakna ketika ayah, ibu, dan sekolah berjalan bersama dalam mengantarkan anak menemukan potensinya.